Renungan

 WAKTU


Waktu memang tak pernah bosannya berputar. Dengan waktupun kita bisa mengukur berapa lama kita kuat bertahan melalui hidup di dunia ini, waktupun yang mengakhiri kita hidup di dunia ini.
Aku tak pernah tahu kapan waktu akan mengakhiri hidupku saat ini. Aku ingin tahu kapan dan aku hanya bisa menunggu waktu itu datang. Andai aku tau waktu itu kapan datang, mungkin aku akan bersiap-siap untuk untuk menunggunya, dan mungkin aku telah siap apabila waktu menjemputku.
Tubuh ini sangat sakit, menderita menahan perih. Aku hanya bisa berdoa agar agar waktu cepat datang dan mengakhiri perih yang diderita oleh tubuh ini. Sempat terfikir dalam benakku ini untuk mengakhiri waktuku sendiri, namun ku berpikir ulang mengakhiri waktu dengan kehendak sendiri itu tak menguntungkan, dan timbul pertanyaan dalam benakku “Apa aku siap untuk mengakhiri waktuku sendiri? Apa aku siap mempertanggungjawabkan semuanya?”
Rasa sakit ini tak pernah hilang “anjinx” kata itu terlontar saat sakit it uterus menggigit dalam tubuh. Persetan dengan waktu itu, aku tak tahan menahan semuanya. Obat-obat ini telah merasuk dalam tubuhku dan otakku. Aku ingin mati agar aku tak menyia-nyiakan waktu dengan berbagai rasa sakit yang aku derita. Aku tak ingin membuat kerugian yang sangat besar lagi untuk kedua orang tuaku. Dengan aku lahir ke dunia ini tanpa rasa ingin dimiliki oleh orang tuaku. Aku anak yang terbuang walaupun aku masih memiliki orang tua. Aku tak terperhatikan, aku tak diindahkan dan aku tak diinginkan.
Hanya obat-obat itu yang memperhatikanku, megindahkanku dan menginginkanku. Dari waktu aku mengenal obat itu. Dulu aku lupa akan waktu, tapi waktu itu yang mengingatkanku akan hidup yang lebih berarti. Tapi aku sadar waktu juga membuat hidupku sia-sia karena waktu mengenalkanku padanya.
Kerugian yang disebabkan oleh waktu membuat hidupku sia-sia. Seharusnya aku memanfaatkan waktu itu, tapi tak bisa ku manfaatkan. Aku tergoda oleh obat-obatan itu. Obat itu yang menjanjikan hidup di dunia. Dunia yang penuh dengan imajinasi, dunia yang membuat kerugian yang sangat besar untukku dan keluargaku.
Persetan dengan tubuh yang sakit ini, aku ingin memanfaatkan sisa waktuku yang sedikit untuk membahagiakan orang-orang yang telah aku rugikan. Aku tak peduli dengan mereka yang menginginkan keberadaanku di dunia, yang pasti mereka ingin segera waktu menjemput ajalku.
Di malam yang dingin, gelap dan sunyi tubuh ini terkapar tak berdaya. Aku merintih, menjerit, namun sesaat aku tertawa karena aku merasa waktu telah datang menjemputku. Tubuh ini tak bisa ku gerakkan, ku inginkan barang itu namun ku harus menahannya karena waktu sebentar lagi akan mengakhiri hidupku. Orang-orang itu menangis tapi mataku melihat orang-orang itu seakan tertawa dan berkata “Cepatlah kau pergi dari sini, kami tak tahan harus melihatmu!”
Waktu itu telah menjemputku. Aku bahagia dan sekarang aku akan tenang dengan semua yang aku dapatkan di penghujung hidupku ini.

0 komentar:

Posting Komentar

Followers